Sistem Digestivus pada Manusia

Sistem Digestivus / Sistem Pencernaan / Sistem Gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Makanan yang kita makan perlu diubah terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih sederhana melalui proses pencernaan agar mudah diserap usus. Zat-zat makanan yang mengalami proses pencernaan adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sebaliknya vitamin, unsur-unsur mineral, dan air tidak mengalami proses pencernaan.


Organ-Organ pada Sistem Digestivus
Sistem pencernaan terdiri dari: rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus.
  • Rongga Mulut (Cavum Oris)
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang bawah.
Makanan dicerna secara mekanik dan kimiawi di dalam rongga mulut. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, yaitu: gigi, lidah dan kelenjar ludah.

1. Gigi (Dentis)
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. 
Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi. Struktur gigi terdiri dari:
  • Mahkota gigi : Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.
  • Tulang gigi : Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang dengan perantara semen.
  • Rongga gigi : Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu, rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin.
Menurut bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
  • Gigi seri (incisivus/I), berjumlah 8, berfungsi untuk memotong-motong makanan.
  • Gigi taring (caninus/ C), berjumlah 4, berfungsi untuk merobek-robek makanan.
  • Gigi geraham depan (Premolare/ P), berjumlah 8, berfungsi untuk menghaluskan makanan.
  • Gigi geraham belakang (Molare/ M), berjumlah 12, berfungsi untuk menghaluskan  makanan.
Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga dinamakan bersifat diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1 – 6 tahun. Jumlahnya 20 buah (tidak mempunyai Molare). Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh anak di atas 6 tahun, jumlahnya 32 buah.


2. Lidah (Lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah terdiri dari 2 jenis otot, yaitu:
  • Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
  • Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: 
  • Radiks lingua (pangkal lidah)
  • Dorsum lingua (punggung lidah)
  • Apeks lingua (ujung lidah)
Lidah berfungsi untuk :
  • Membantu mengunyah makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan makanan.
  • Sebagai indera pengecap
  • Membantu dalam berbicara.  
Sebagai indera pengecap, pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa (papila). ada tiga bentuk papila, yaitu:
  • Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah dan ujung lidah.
  • Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian depan lidah.
  • Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4 sensasi rasa: manis, asam, pahit, dan asin. Lidah tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir (mukosa).


3. Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. 
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
  • Kelenjar parotis (glandula parotis), terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam berhadapan dengan geraham kedua.
  • Kelenjar submandibularis (glandula submandibularis), terletak di bawah rahang bawah.
  • Kelenjar sublingualis (glandula sublingualis), terletak di bawah lidah. Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.
Di dalam cairan ludah mengandung air sebanyak 90%, dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Pengeluaran air ludah akan bertambah jika ada rangsangan dari luar, seperti mencium aroma makanan, melihat atau membayangkan suatu makanan yang lezat atau karena lapar.
Cairan ludah berfungsi untuk:
  • Memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air.
  • Melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa.
  • Membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7).
Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan selanjutnya.
  • Faring (Pharynx)
Faring / tekak terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan di depan ruas tulang belakang. Faring berupa saluran dengan panjang sekitar 7 cm. 
Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa dan tersambung dengan esofagus dan trakhea. Tersusun atas lapisan mukosa, fibrosa dan otot, dimana otot utamanya adalah otot konstriktor yang berkontraksi pada saat makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke esofagus. 
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Pada pangkal faring, terdapat katup pernapasan yang disebut epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
  1. Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana terdapat tuba eustachius, kelenjar adenoid.
  2. Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil (amandel).
  3. Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari faring yang terletak di bagian laring.
  • Kerongkongan (Esophagus)
Esofagus (bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”) merupakan tabung berotot dengan panjang 20-25 cm, dimulai dari faring, thoraks, menembus diafragma, dan masuk kedalam abdomen bersambung dengan lambung, terletak di belakang trakhea di depan vertebra.
Esophagus memiliki cincin tulang rawan. Pada batas antara esogagus dengan lambung terdapat sfinkter esophagi (sphincter esophagi) yang berfungsi mengatur agar makanan yang sudah masuk ke dalam lambung tidak kembali ke esophagus.
Secara histologis, esophagus terdiri atas empat lapisan, yaitu:
  1. Tunika mukosa, yang menghasilkan mucus.
  2. Tunika submukosa, terdapat jaringan ikat kolagen dan elastis, ujung kalpiler darah dan saraf.
  3. Tunika muskularis, mengandung otot polos dan jaringan ikat.
  4. Tunika adventisia (tunika elastika).
Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung.
Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung. 
Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar. 
Makanan yang telah dicerna dalam mulut akan masuk ke dalam kerongkongan melalui proses penelanan (deglitasi). 
  • Lambung (Ventriculus)
Lambung merupakan kantong besar yang terletak di bawah rusuk terakhir sebelah kiri. 
Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu :
  1. Kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus (berdekatan dengan hati).
  2. Fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
  3. Pylorus, merupakan bagian yang berbatasan dengan usus halus.
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sphincter kardia yang secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk dan segera menutup kembali agar makanan tidak kembali ke esofagus. Sementara itu, di daerah perbatasan antara lambung dengan duodenum terdapat otot sphincter pilorus yang berperan dalam proses pengaturan makanan agar keluar dari lambung dan masuk ke usus dua belas jari (duodenum)
Dinding lambung secara anatomis terdiri atas 5 lapisan, yakni : 
  1. Tunika mukosa
  2. Tunika muskularis mukosa
  3. Tunika submukosa
  4. Tunika muskularis
  5. Tunika adventisia 
Pada lapisan itu terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Kelenjar pada lambung, yaitu:
  1. Glandula cardiaceae, menghasilkan mukus
  2. Glandula gastricae, menghasilkan pepsin dan asam lambung (HCL)
  3. Glandula pyloricae, menghasilkan hormon
Getah lambung mengandung:
  1. Asam klorida (HCl). Befungsi : Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil; Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut; Mengubah kelarutan garam mineral; Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama bolus; Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari; Merangsang sekresi getah usus.
  2. Rennin, merupakan enzim yang berfungsi mengendapkan kasein (protein susu) dari air susu. Kasein akan diubah oleh pepsin menjadi peptone. Renin hanya dihasilkan oleh lambung mamalia.
  3. Pepsinogen, dalam lingkungan asam klorida pepsinogen akan diubah menjadi enzim yang aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi mencerna protein menjadi zat yang molekulnya lebih kecil dan mudah larut yang disebut peptone.
  4. Lipase, berfungsi untuk mencerna lemak. Di lambung, lipase terdpat dalam jumlah yang kecil.
Otot dinding lambung terdiri dari otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Tersusun memanjang, melingkar, dan menyerong. Dengan bantuan otot seperti ini menyebabkan makanan tercampur merata membentuk bubur yang disebut chyme (kim) apabila otot tersebut berkontraksi.
Setelah makanan dicerna di dalam lambung, sedikit demi sedikit makanan masuk ke dalam deudenum. Otot yang bekerja di sini adalah otot pylorus. Caranya otot pylorus yang mengarah ke lambung akan mengendur jika tersentuh chyme yang besifat asam. Sebaliknya otot pylorus yang mengarah ke usus halus akan mengerut jika tersentuh chyme. Jadi chyme yang bersifat asam tiba di pylorus depan, maka pylorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Dan makanan yang mengenai pylorus belakang maka pylorus menutup. Sehingga makanan masuk ke usus halus sedikit demi sedikit dan dapat dicerna dan diserap secara efektif.
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Proses pencernaan di dalam lambung akan berlangsung selama 2-6 jam, tergantung pada jenis makanannya. Makanan yang berlemak akan bertahan lebih lama di dalam lambung. Sedangkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat hanya akan tinggal sebentar di dalam lambung. Di dalam lambung tidak terjadi penyerapan sari-sari makanan, akan tetapi terjadi penyerapan air, mineral, alkohol, dan obat - obatan.
Fungsi lambung sebagai fungi motoris adalah:
  1. Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna.
  2. Fungsi mencampur.
  3. Fungsi pengosongan lambung yang diatur oleh pembukaan sphinter pylorus yang diatur oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmosis, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung diatur oleh factor saraf dan hormonal.
Fungsi lambung sebagai fungsi sekresi dan pencernaan:
  1. Mencerna protein oleh pepsin dan HCl, amilum oleh amilae, dan lemak leh lipase.
  2. Sintesis dan pengeluaran gastrin
  3. Sekresi factor intrinsic memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
  4. Sekresi mucus, sebagai pelingdung lambung dan pelumasan makanan agar mudah ditranspor.
  • Usus Halus (Intestinum)
Usus halus terletak di antara lambung dan usus besar. Usus ini merupakan saluran panjang dengan dinding-dinding berotot. 
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 2,5 cm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus halus terdiri atas tiga lapis, yaitu : 
  1. Tunica mucosa.
  2. Tunica muscularis, merupakan bagian yang menyebabkan geraka usus halus.
  3. Tunika serosa.
Fungsi usus halus adalah mencerna makanan dan mengabsorpsi sari makanan. Penyerapan sari-sari makanan kedalam dinding usus melalui berbagai cara, yaitu secara : difusi, osmosis, difusi difasilitas, endositosis, dan transport aktif.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam lemak.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus. 
Setiap hari, usus halus mensekresikan lebih kurang 2000 cc getah usus dari sel-sel usus (kelenjar lieberkuhn) menuju lumen usus. Getah usus mengandung hormon dan enzim, yaitu:

Hormon
  1. Hormon sekretin: yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan getah pankereas
  2. Hormon kolesistokinin: yang merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan getah empedu. Getah empedu berfungsi mengemulsikan lemak sehingga mudah dicerna oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol
Enzim
  1. Disakarase: memecah disakarida menjadi monosakarida. Ada tiga macam disakarase, yaitu:
  2. Laktase: memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa
  3. Maltase: memecah maltosa menjadi 2 molekul glukosa
  4. Sukrase: memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa
  5. Enterokinase, merupakan enzim yang mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin.
  6. Erepsinogen, merupakan proenzim yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi erepsin yang mengubah pepton menjadi asam amino
  7. Lipase usus, merupakan enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol,
  8. Peptidase, merupakan kelompok enzim yang memecah polipeptida menjadi asam amino,
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut: duodenum, jejenum dan ileum.

1. Duodenum (Usus Dua Belas Jari)
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Deudenum panjangnya sekiar 25 – 30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang (amilum) menjadi disakarida. Di sini terjadi pencernaan secara kimiawi. Deudenum mempunyai muara saluran yang berasal dari hepar, yakni duktus keleodokus dan yang berasal dari pancreas, yakni pankreatikus.
2. Jejenum (Usus Kosong)
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”.
Jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Panjangnya sekitar 2,5 meter. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Di dalam jejunum, makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus, sehingga menjadi bubur yang sangat lembut dan encer. Merupakan tempat berlangsungnya pencernaan makanan terakhir sebelum sari makanan diserap di ileum.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3. Ileum (Usus Penyerapan)
Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum memiliki panjang sekitar 3,6 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Ileum merupakan tempat terjadinya penyerapan sari-sari makanan. Di sinilah sari-sari makanan hasil proses pencernaan diserap oleh jonjot-jonjot usus (vili). 
Dinding jonjot usus halus tertutup oleh sel tiang. Kira-kira terdapat 500 sel tiang pada setiap jonjot. Setiap sel memuat sekitar 1.000 mikrovili. Villi tersebut juga memperluas permukaan dinding usus sehingga absorpsi sari makanan menjadi lebih efektif. Enzim pada mikrovili akan menghancurkan makanan menjadi partikel yang cukup kecil untuk diserap.
Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan saluran limfa (pembuluh kil) yang menyerap zat makanan dari permukaan jonjot. Vena mengambil glukosa, asam amino dan mineral, sementara asam lemak dan gliserol masuk ke pembuluh kil.
Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang mengandung beberapa enzim, anatar lain enterokinase, erepsin, lactase, intertase, dan maltase. Enterokinase berfungsi untuk mengubah enzim tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin. Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan protein dengan mengubah pelipeptida menjadi berbagai asam amino. Lactase, intertase, dan maltase yang tergolong dlam disakarase berfungsi menyempurnakan pencernaan pati (ailum) dengan cara mengubah guladisakarida menjadi gula monosakarida.
  • Usus Besar (Colon)
Usus besar bersambung dengan usus halus di rongga perut bagian kanan bawah. 
Panjang usus besar lebih kurang 1,4 meter dan lebar lebih kurang 6 cm.
Usus besar terdiri dari: 
  1. Colon asendens (naik)
  2. Colon transversum (datar)
  3. Colon desendens (turun)
  4. Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Di antara usus halus dan usus besar terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecum, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang menghubungkan ileum dengan kolon ascendens.
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Apendiks adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Fungsi utama dari usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan sebelum dibuang. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Jika sisa makanan terlalu lama berada didalam usus besar, penyerapan air semakin banyak sehingga sisa makanan (feses) menjadi padat dan keras. 
Makanan yang sampai ke usus besar pada umumnya berupa bahan sisa yang terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat dicerna dengan baik seperti selulosa. 
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
  • Rektum (Rectum) 
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
  • Anus (Ani)
Anus merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan. Dari lubang ini, sisa sisa makanan yang tidak dicerna dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Pada anus terdapat dua macam otot, yaitu:
  1. Otot sphincterani internus (otot yang tidak dipengaruhi kehendak / otot polos)
  2. Otot sphincterani eksternus (otot yang dipengaruhi kehendak / otot lurik)
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Proses pengeluaran feses di defekasi. Setelah rectum terenggang karena terisi penuh, timbul keinginan untuk defekasi. Dengan kontraksi otot sphincterani eksternus, defekasi dapat ditahan tetapi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Kelenjar-Kelenjar pada Sistem Digestivus
Pencernaan makanan berlangsung dalam alat pencernaan. Berlangsungnya proses ini juga dibantu oleh kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan itu adalah: hati, kandung empedu, dan pankreas.
  • Hati (Hepar)
Hati merupakan kelenjar terbesar dan terpenting dalam tubuh, beratnya ± 2 kg. Hati terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri, dengan lobus yang besar berada di kanan rongga perut di daerah rusuk bagian bawah sedangkan permukaannya besinggungan dengan diafragma. Struktur mikroskopik organ ini terdiri atas lobulus-lobulus berbentuk segi enam yang terdiri atas sel-sel hati.
Setiap lobus memiliki saluran untuk mengangkut cairan empedu, yakni duktus hepatikus. Sari-sari makanan yang diserap oleh usus halus akan melewati hati terlebih dahulu. Pada hati, terdapat kantung empedu (vesica felea) yang salurannya dinamakan duktus sistikus. Duktus hepatikus dan duktus sistikus bermuara pada saluran besar yang dinamakan duktus koleodosus. 
Secara umum, hati mempunyai fungsi:
  1. Memproduki protein plasma (albumin, fibrinogen, protrombin,heparin)
  2. Fagoitosis mikroorganisme, eritrosit dan leukosit yang sudah tua.
  3. Pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
  4. Pusat detoksifikasi zat yang beracun di dalam tubuh.
  5. Memproduksi cairan empedu.
  6. Merupakan gudang penyimpanan barbagai zat seperti mineral (Cu, Fe), vitamin A, D, E, K, B12, glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh.
  7. Memegang peranan penting pada metabolisme tiga bahan makanan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.
  • Kandung Empedu (Vesica fellea)
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap, bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu mengandung garam kholat, kolesterol, dan NaHCO3 (natrium bikarbonat).
  1. Garam kholat mempunyai fungsi: Menurunkan tekanan permukaan butir-butir lemak sehingga dpat diemulsikan pada pencernaan selanjutnya; Mengaktifkan lipase pancreas; Bersenyawa dengan asam lemak membentuk senyawa yang mudah larut dalam air sehingga mudah diserap.
  2. Natrium bikarbonat berfungsi mengatur keasaman empedu. Dengan adanya garam tersebut, keasaman (pH) empedu menjadi 7,1 – 8,5. 
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus communis.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. 
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. 
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Fungsi empedu, yaitu:
  1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
  2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
  3. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
  4. Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
  5. Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan. 
  6. Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh. 
  7. Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
  • Prankreas (Prancreas)
Pankreas adalah organ yang lunak yang terletak melintang di dinding posterior abdomen. Pankreas juga merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan. Pankreas memiliki panjang kurang dari 12 cm dan tebal 2,5 cm. Pankreas terletak di bawah lambung dan mempunyai dua saluran yaitu: saluran (ductus) wirsungi dan saluran (ductus) sastorini yang berfungsi mengalirkan getah yang disekresikan pankreas ke duodenum.   
Pankreas terbagi atas tiga bagian, yaitu: 
  1. Bagian kepala yang melekat pada duodenum, 
  2. Bagian badan yang merupakan bagian tengah pankreas, dan 
  3. Bagian ekor yang merupakan bagian yang memanjang ke arah ujung kiri atas.
Terdiri dari 2 jaringan dasar:
  1. Asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan (bersifat eksokrin). Keluarnya enzim dari pankreas karena dipengaruhi oleh enzim pankreozimin.
  2. Pulau pankreas / Pulau Langerhans, menghasilkan hormon insulin dan hormon glukogen yang dimasukkan ke darah (bersifat endokrin).
Pancreas menghasilkan enzim-enzim pencernaan sebagai berikut:
  1. Amilase, berfungsi mengubah amilum menjadi maltosa.
  2. Kimotripsinogen merupakan proenzim yang akan diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin yang berfungsi mengubah protein dan proteosa menjadi pepton, perptida dan asam amino,
  3. Lipase, berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
  4. NaHCO3 atau KHCO3 atau ion bikarbonat HCO3-, berfungsi menetralkan suasana asam yang berasal dari lambung.
  5. Nuklease, berfungsi memecah asam nukleat menjadi nukleotida.
  6. Peptidase, berperan mengubah senyawa peptide menjadi asam amino .
  7. Ribonuklease dan deoksiribonuklease, merupakan enzim yang mencerna DNA/RNA menjadi nukleotida.
  8. Tripsinogen berupa proenzim suatu protease yang belum aktif. Tripsinogen akan diaktifkan oleh enterokinase yang dihasilkan usus halus menjadi tripsin. Tripsin berfungsi memecah protein menjadi Pepton.
Pankreas menghasilkan beberapa jenis hormon, yaitu:
  1. Sekretin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pankreas untuk mensekresikan getah pankreas, HCO3 dan juga mengurangi sekresi getah lambung.
  2. Koleisistokinin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pancreas mensekresikan getah pankreas vang kaya enzim dan menyebabkan kontraksi pada kandung empedu.
  3. Insulin, hormon yang sangat penting dalam mensintesis glikogen dari glukosa. Kekurangan produksi hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (DM).

Mekanisme Sistem Digestivus
Proses pencernaan makanan di dalam tubuh ada dua macam, yaitu:
  • Pencernaan mekanis : Merupakan pemecahan atau penghancuran makanan secara fisik dari zat makanan yang kasar menjadi zat makanan yang lebih halus. Contohnya gigi memotong-motong dan mengunyah makanan, gerak yang mendorong makanan dari kerongkongan sampai ke usus (gerak peristaltik).
  • Pencernaan kimiawi : Merupakan proses pemecahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan getah pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.
Dalam sistem pencernaan terjadi proses ingesti, digesti, absorpsi, metabolisme dan eksresi.
  • Ingesti
Ingesti adalah suatu proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menelan baik melalui koordinasi gerakan volunter dan involunter. Tahap pertama adalah koordinasi otot lengan dan tangan membawa makanan ke mulut terjadi proses mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi,otot mulut,gusi dan lidah. Proses mengunyah dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya, dan dalam proses ini terjadi pencampuran dengan saliva. Tahap selanjutnya adalah setelah makanan dikunyah adalah proses menelan, merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju lambung. Proses ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada bagian faring.
  • Digesti
Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang dibawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat di absorbsi oleh intestinal.
  1. Digesti karbohidrat: Proses dimulai pada mulut,dibantu oleh enzim ptialin yang mengubah amilum menjadi maltosa. Proses  dibantu oleh enzim amilase yang dihasilkan pankreas. Lalu proses ini dilakukan di usus halus melalui proses mekanik dan kimiawi.
  2. Digesti protein: Pada digesti protein di lambung, terjadi pengubahan protein menjadi pepton oleh enzim pepsin. Pepton kemudian didigesti lagi menjadi peptida yang lebih kecil di duodenum oleh enzim tripsin yang di hasilkan pankreas. Peptida didigesti lagi menjadi asam amino yang siap untuk diabsorbsi
  3. Digesti lemak: Pada proses awal digesti lemak, lemak tersebut diemulsi di lambung, lalu diurai menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang dihasilkan pankreas. Hasil penguraian akan diabsorbsi di usus.
  • Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah dan getah bening menuju ke hepar. Di lambung hanya terjadi absorbsi alkohol, pada usus halus terjadi proses utama yaitu 90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air.
Secara spesifik,absorpsi yang terjadi di usus halus adalah: Pada usus halus bagian atas mengabsorbsi vitamin yang larut dalam air,a sam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium.,Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12. Absorpsi air paling banyak dilakukan pada kolon.
  1. Absorbsi karbohudrat : Karbohidrat diabsorbsi dalam bentuk monosakarida terutama glukosa, galaktosa, fruktosa. Absorpsi terjadi secara transpor aktif untuk glukosa dan galaktosa dan secara difusi untuk fruktosa.
  2. Absorbsi protein : Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino secara transpor aktif.
  3. Absorbsi lemak : Lemak diabsorbsi dalam bentuk asam lemak dan gliserol dengan bantuan asam empedu masuk ke dalam sel mukosa usus halus.
  • Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah.
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat akan mengalami proses oksidasi dan menghasilkan kalori,energi.dan zat buangan seperti karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dapat dipakai sebagai sumber energi, maka glukosa akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu-waktu glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh,sistem imun,dan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enzim, memelihara sel, perbaikan jaringan dan menjaga keseimbangan tubuh. Bila kekurangan protein akan menyebabkan terjadinya edema, asites,dan gangguan pertumbuhan.
  • Eksresi
Eksresi adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh untuk menjaga homeostasis, caranya melalui defekasi yaitu mengeksresi sisa metabolisme berupa feses melalui saluran cerna. Misal membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan pembuangan zat sisa metabolisme melalui keringat.


Kelainan pada Sistem Digestivus
  • Apendisitis / Radang usus buntu : Apendisitis merupakan gangguan yang terjadi karena peradangan apendiks. Penyebabnya ialah adanya infeksi bakteri pada umbai cacing. Akibatnya, timbul rasa nyeri dan sakit.
  • Caries gigi (gigi berlubang) : Disebabkan oleh infeksi beberapa jenis bakteri patogen yang ada pada rongga mulut. Timbulnya gigi berlubang disebabkan oleh pemecahan karbohidrat menjadi asam laktat yang dilakukan oleh bakteri. Asam ini dapat melarutkan email dan dentin gigi sehingga menimbulkan lubang yang dapat mencapai akar gigi.
  • Diare : Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
  • Disfagia : Disfagia adalah istilah medis untuk gejala kesulitan menelan. Meskipun pada ICD-10 disfagia dikelompokan dalam "gejala dan tanda", istilah ini kadang-kadang digunakan untuk kondisi "kesulitan menelan" sendiri. Penderita kadang-kadang tidak mengetahui mereka mengalami disfagia.
  • Enteritis : Peradangan pada usus halus atau usus atau usus besar karena infeksi oleh bakteri.
  • Flatus : Masuknya gas – gas dalam saluran pencernaan. Gas – gas tersebut berupa udara yang tertelan, gas yang dihasilkan bakteri atau gas dari difusi darah yang masuk ke saluran pencernaan. Gas nitrogen dan oksigen lebih banyak berada dalam lambung dan dapat dikeluarkan dengan bersendawa, sedangkan gas-gas lain, yaitu CO2, metana dan hydrogen lebih banyak berada dalam usus besar yang dihasilkan oleh bakteri. Gangguan sistem pencernaan ini dapat terjadi karena : Melakukan diet dengan ekstrim, yaitu dengan mengonsumsi pil pelarut lemak serta mengurangi porsi dan jadwal makan. Minuman keras yang dapat memicu pengeluaran getah lambung. Bulimia, yaitu makan besar – besaran atau sebanyak – banyaknya tetapi dimuntahkan kembali dengan sengaja menggunakan obat pencahar. Memakan makanan kaleng yang dapat terkontaminasi bakteri Clostridium botulium.
  • Gastritis : peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi, terutama pada orang yang berusia lanjut. Gastritis jarang menyebabkan gejala – gejala yang serius. Gastritis menimbulkan peradangan yang tidak begitu berbahaya, tetapi berlangsung lama sehingga menyebabkan rusaknya mukosa lambung. Para peneliti saat ini yakin hampir tidak ada makanan yang menyebabkan iritasi pada bagian lambung, kecuali cairan asam lambung yang berlebihan. Produksi berlebih asam di lambung ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya pola hidup tidak sehat dan teratur, merokok, minuman beralkohol, atau stres yang berlebihan.
  • Hemaroid / Wasir / Ambeyen : pembengkakan vena didaerah anus. Hemaroid cenderung berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk terus menerus atau pada orang yang menderita sembelit. Hemaroid juga sering terjadi pada wanita hamil dan orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-gejala hemaroid tahap awal berupa keluarnya darah berwarna merah segar saat buang air besar, biasanya keluar bersama atau sesudah tinja. Selain itu, terasa gatal atau iritasi di daerah anus dan rasa sakit atau tidak nyaman. Gejala dapat berlanjut menjadi benjolan yang keluar lewat anus.
  • Hepatitis / radang hati : penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus yang menginfeksi hati. Kelainan sistem pencernaan ini bisa menular melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus. Ada beberapa jenis virus hepatitis, di antaranya virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (jenis virus baru). Selain itu, hepatitis bisa bisa disebabkan oleh virus rubella, mumps, herpes, epstaein barr, dan cytomegalovirus.
  • Kanker Lambung : disebabkan oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gejala awal kelainan sistem pencernaan ini, misalnya merasa panas, kehilangan nafsu makan, sulit mencerna yang berlangsung terus-menerus, sedikit rasa mual, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada lambung.  Maag juga merupakan salah satu gejala kanker lambung. Apabila seseorang mengalami maag yang disertai perut kembung seperti kekenyangan, buang air besar hitam, turun berat badan, muka pucat, dan muntah darah, bisa dipastikan ia menderita kanker lambung.
  • Keracunan : umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam makanan. Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun yang membahayakan tubuh. Gejala-gejala keracunan makanan meliputi muntah-muntah, diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam.
  • Kolik, salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri.
  • Kolitis / radang usus besar : Gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi luka atau pendarahan di usus.
  • Kolitis pseudomembran : Kolitis pseudomembran adalah iritasi usus besar parah yang disebabkan oleh bakteri Clostridium difficile. Biasanya terjadi setelah minum antibiotik oral, yang membunuh bakteri yang biasanya hidup di usus besar.
  • Kolitis ulseratif : Kolitis ulseratif (ulcerative colitis) adalah peradangan kronis dari usus besar (kolon) sampai menimbulkan ulserasi. Ulserasi dan peradangan lapisan dalam usus besar menyebabkan gejala sakit perut, diare, dan perdarahan rektum. Kondisi ini terkait erat dengan peradangan usus yang disebut penyakit Crohn. Bersama-sama, mereka sering disebut sebagai penyakit radang usus (inflammatory bowel disease).
  • Konstipasi / Sembelit : Salah satu gejala kelainan klinis yang biasanya ditandai dengan susah buang air besar. Hal ini disebabkan karena kolon (usus besar) mengabsorsi air dari sisa makanan secara berlebihan, sehingga terbentuk feses yang padat, keras dan kering serta susah dikeluarkan. Sembelit juga bisa diakibatkan oleh kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat, banyak mengkonsumsi daging, tekanan psikis seperti stress, rasa cemas, gelisah, takut dan sebagainya. 
  • Maag : Orang yang mengalami maag memiliki ciri-ciri rasa perih pada dinding lambung, mual, muntah, dan perut kembung. Gangguan ini disebabkan meningkatnya kadar asam lambung yang dipicu karena pikiran tegang, pola makan yang tak teratur, dan lain sebagainya.
  • Malabsorpsi / Sariawan / stomatitis aftosa (stomatitis aphtosa) : suatu kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Munculnya Seriawan ini disertai rasa sakit yang tinggi.
  • Malnutrisi / kurang gizi : penyakit yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan enzim pencernaan. Gangguan tersebut disebabkan oleh sel-sel pancreas atropi yang kehilangan banyak reticulum endoplasma. Sebagai contoh adalah kwashiorkor, yakni penyakit akibat kekurangan protein yang parah dan pada umumnya menyerang anak-anak.
  • Megakolon : Megakolon adalah usus besar yang membengkak abnormal, disebabkan oleh ulcerative colitis, Penyakit Hirschsprung, penyakit Chagas atau penyakit neurologis, penyakit sistemik dan metabolik. Gejala-gejalanya termasuk sembelit yang parah, bengkak dan nyeri perut, demam dan takikardia. Pada kasus yang parah, kotoran menjadi massa keras di dalam usus besar, yang membutuhkan pembedahan untuk dihapus.
  • Pankreasitis : Merupakan peradangan dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pankreasitis akut (berlangsung cepat dan parah) maupun pankreasitis kronis (berlangsung lama). Penyebab umum dari pankreasitis adalah alkohol dan terhambatnya tonjolan vateri ( akhir saluran pengeluaran pankreas ) oleh batu empedu.
  • Parotitis : Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
  • Peritonitis : Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi pascaoperasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.
  • Ulkus / Tukak Lambung : Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
  • Xerostomia : Xerostomia adalah suatu penyakit pada rongga mulut yang ditandai rendahnya produksi air ludah. Pada penderita xerostomia, kondisi mulut sangat kering dan makanan jadi tidak tercerna dengan baik. Xerostomia dapat diakibatkan adanya gangguan pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah, ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Limfatik pada Manusia

Alga / Ganggang

Sistem Integumen pada Manusia

Sistem Urinaria pada Manusia

Pembelahan Sel

Jamur / Fungi

Jaringan Tumbuhan

Lichenes / Lumut Kerak

Sistem Indera pada Manusia